Anak adalah anugrah yang terindah sekaligus amanah yang telah Allah Swt titipkan kepada kita semua, oleh karena itu kita selaku orang tua harus benar-benar menjaga anak agar kelak ia menjadi anak yang shaleh yang selalu mengabdi dan taat kepada Allah Swt, berbakti kepada ibu dan ayah serta Negara dan Agamanya. Inilah dambaan setiap orang tua agar mempunyai anak yang Shaleh dan Shaleha. Allah Swt mempertegas dalam Al-Qur’an mengenai anak adalah amanah sebagai berikut: “ almalu wal banun dzinatu hayatid dunya/harta dan anak-anak adalah perhiasan dunia”. (Al-Qur’an), dalam ayat ini sudah cukup jelas bahwasannya harta dan anak adalah sebuah amanah suci yang telah Allah Swt titipkan kepada kita, maka jagalah dengan sebaik-baiknya, agar kelak dapat dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Swt Rabbu Izzati.
Dalam kehidupan ini, orang tua dalam mendidik anak-anaknya terkadang harus benar-benar memperhatikan setiap tindakan yang dilakukan oleh anak tersebut, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, jangan orang tua acuh tak acuh terhadap anaknya, agar dikemudian hari anak tersebut tidak tersesat dalam kehidupannya dan menjadi anak yang shaleh, ini juga tidak lepas dari guru yang ada disekolah tempat ia menuntut ilmu untuk selalu memperhatikannya.
Kemarin penulis menghadiri acara di asrama haji yang dibuat oleh Kementrian Agama Sumatera Utara tentang pembinaan Magrib Mengaji dan Festival Anak Shaleh, salah satu kata sambutannya adalah oleh Dirjen Prof. Dr. Nasaruddin Umar, beliau mengatakan dalam kata sambutannya bahwa ada lima (5) tipikal anak yang shaleh: Pertama, orang tua harus mejadikan anak-anaknya itu anak yang mempunyai badan dan pikiran yang sehat. Artinya apa?, jikalau anak sehat sudah barang tentu ia akan melakukan setiap perbuatan dengan pikiran yang sehat (positive thinking), melakukan setiap amal ibadah dengan baik dan lain sebagainya, dalam Hadist Rasulullah Saw dikatakan: “ Al-aqlu salim fi jismi salim/akal yang sehat terdapat juga jiwa yang sehat. (Al-Hadist), dalam Hadist ini sudah jelas akal dan jiwa tidak dapat dipisahkan dan harus sehat keduanya agar anak yang telah Allah Swt titipkan kepada kita dapat menjadi taat dan patuh kepada Allah dan kedua orang tuanya. Kedua, orang tua harus menjadikan anak-anaknya itu menjadi anak yang cerdas, bagaimana caranya?, setiap orang tua harus benar-benar mendidiknya dan mengajarinya serta menasehatinya bahkan bila perlu menghukumnya jikalau ia melenceng dan tersesat. Inilah yang harus orang tua terapkan terhadap anak-anaknya sesuai yang telah disabdakan Rasulullah bahwa anak yang berumur sepuluh tahun jikalau diperintahkan untuk shalat ia enggan maka kata Rasul: “ pukullah”, Insya Allah anak tersebut menjadi cerdas.
Ketiga, orang tua harus menjadikan anaknya itu menjadi anak yang cultural artinya bahwa orang tua harus menerapkan kepada anak-anaknya itu cinta terhadap budayanya sendiri, ia tidak malu untuk mengakui bahwa ia adalah anak Indonesia, sehingga budaya tersebut dapat meresap dalam jiwa sanubarinya.
Keempat, orang tua harus menjadikan anak-anaknya menjadi anak yang ideologis artinya bahwa orang tua harus menanamkan terhadap pikiran setiap anaknya akan betapa besar pengorbanan pahlawan kita, betapa besar perjuangan yang telah dilakukan pahlawan-pahlawan kita sehinggah Indonesia dapat merdeka seperti saat sekarang ini, kalau ini diterapkan maka pengaruh dari luar (barat) tidak dapat masuk kedalam jiwanya.
Kelima, orang tua harus menjadikan anak-anaknya menjadi anak yang spiritual artinya setiap orang tua harus mendokrin anaknya untuk bisa cinta terhadap agama yang dipeluknya, tipikal yang terakhir ini adalah tipikal yang harus orang tua lakukan dan menjadi contoh suri tauladan yang baik terhadap anaknya hinggah anak tersebut dapat mencintai agamanya sendiri. 5 tipikal inilah yang disampaikan oleh Bapak Dirjen Prof. Dr. Nasaruddin Umar agar anak tersebut menjadi anak yang Shaleh. .
Inilah Impian setiap orang tua dan menjadi ladang amal dikemudian hari, karenanya amal yang tidak dapat putus dan mengalir terus adalah doa anak yang shaleh ketika orang tua tersebut sudah meninggal sesuai Sabda Nabi Muhammad Saw: “ idza matab nu adama inqatha’a amaluhu illa min tsalasa, shadaqatin jariayatin au ilmu yantafau bihi au waladin shalihin yad’u lahu/ apabila mati anak adam itu maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat serta anak yang shaleh yang mau mendoakan orangtuanya ketika meninggal” (Al-Hadist). Hadist ini menjelaskan betapa pentingnya anak, oleh karenanya perhatikannlah ia dan jagalah ia dengan baik, jangan biarkan ia tersesat, bimbinglah ia kejalan yang benar yang diridhai Allah dan Rasulnya, maka ganjaran kepada kita selaku orang tua adalah surga jannatun na’im. Wallahu Muafiq Ila Aqwami Thariq.
PAnak adalah anugrah yang terindah sekaligus amanah yang telah Allah Swt titipkan kepada kita semua, oleh karena itu kita selaku orang tua harus benar-benar menjaga anak agar kelak ia menjadi anak yang shaleh yang selalu mengabdi dan taat kepada Allah Swt, berbakti kepada ibu dan ayah serta Negara dan Agamanya. Inilah dambaan setiap orang tua agar mempunyai anak yang Shaleh dan Shaleha. Allah Swt mempertegas dalam Al-Qur’an mengenai anak adalah amanah sebagai berikut: “ almalu wal banun dzinatu hayatid dunya/harta dan anak-anak adalah perhiasan dunia”. (Al-Qur’an), dalam ayat ini sudah cukup jelas bahwasannya harta dan anak adalah sebuah amanah suci yang telah Allah Swt titipkan kepada kita, maka jagalah dengan sebaik-baiknya, agar kelak dapat dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Swt Rabbu Izzati.
Dalam kehidupan ini, orang tua dalam mendidik anak-anaknya terkadang harus benar-benar memperhatikan setiap tindakan yang dilakukan oleh anak tersebut, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, jangan orang tua acuh tak acuh terhadap anaknya, agar dikemudian hari anak tersebut tidak tersesat dalam kehidupannya dan menjadi anak yang shaleh, ini juga tidak lepas dari guru yang ada disekolah tempat ia menuntut ilmu untuk selalu memperhatikannya.
Kemarin penulis menghadiri acara di asrama haji yang dibuat oleh Kementrian Agama Sumatera Utara tentang pembinaan Magrib Mengaji dan Festival Anak Shaleh, salah satu kata sambutannya adalah oleh Dirjen Prof. Dr. Nasaruddin Umar, beliau mengatakan dalam kata sambutannya bahwa ada lima (5) tipikal anak yang shaleh: Pertama, orang tua harus mejadikan anak-anaknya itu anak yang mempunyai badan dan pikiran yang sehat. Artinya apa?, jikalau anak sehat sudah barang tentu ia akan melakukan setiap perbuatan dengan pikiran yang sehat (positive thinking), melakukan setiap amal ibadah dengan baik dan lain sebagainya, dalam Hadist Rasulullah Saw dikatakan: “ Al-aqlu salim fi jismi salim/akal yang sehat terdapat juga jiwa yang sehat. (Al-Hadist), dalam Hadist ini sudah jelas akal dan jiwa tidak dapat dipisahkan dan harus sehat keduanya agar anak yang telah Allah Swt titipkan kepada kita dapat menjadi taat dan patuh kepada Allah dan kedua orang tuanya. Kedua, orang tua harus menjadikan anak-anaknya itu menjadi anak yang cerdas, bagaimana caranya?, setiap orang tua harus benar-benar mendidiknya dan mengajarinya serta menasehatinya bahkan bila perlu menghukumnya jikalau ia melenceng dan tersesat. Inilah yang harus orang tua terapkan terhadap anak-anaknya sesuai yang telah disabdakan Rasulullah bahwa anak yang berumur sepuluh tahun jikalau diperintahkan untuk shalat ia enggan maka kata Rasul: “ pukullah”, Insya Allah anak tersebut menjadi cerdas.
Ketiga, orang tua harus menjadikan anaknya itu menjadi anak yang cultural artinya bahwa orang tua harus menerapkan kepada anak-anaknya itu cinta terhadap budayanya sendiri, ia tidak malu untuk mengakui bahwa ia adalah anak Indonesia, sehingga budaya tersebut dapat meresap dalam jiwa sanubarinya.
Keempat, orang tua harus menjadikan anak-anaknya menjadi anak yang ideologis artinya bahwa orang tua harus menanamkan terhadap pikiran setiap anaknya akan betapa besar pengorbanan pahlawan kita, betapa besar perjuangan yang telah dilakukan pahlawan-pahlawan kita sehinggah Indonesia dapat merdeka seperti saat sekarang ini, kalau ini diterapkan maka pengaruh dari luar (barat) tidak dapat masuk kedalam jiwanya.
Kelima, orang tua harus menjadikan anak-anaknya menjadi anak yang spiritual artinya setiap orang tua harus mendokrin anaknya untuk bisa cinta terhadap agama yang dipeluknya, tipikal yang terakhir ini adalah tipikal yang harus orang tua lakukan dan menjadi contoh suri tauladan yang baik terhadap anaknya hinggah anak tersebut dapat mencintai agamanya sendiri. 5 tipikal inilah yang disampaikan oleh Bapak Dirjen Prof. Dr. Nasaruddin Umar agar anak tersebut menjadi anak yang Shaleh. .
Inilah Impian setiap orang tua dan menjadi ladang amal dikemudian hari, karenanya amal yang tidak dapat putus dan mengalir terus adalah doa anak yang shaleh ketika orang tua tersebut sudah meninggal sesuai Sabda Nabi Muhammad Saw: “ idza matab nu adama inqatha’a amaluhu illa min tsalasa, shadaqatin jariayatin au ilmu yantafau bihi au waladin shalihin yad’u lahu/ apabila mati anak adam itu maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat serta anak yang shaleh yang mau mendoakan orangtuanya ketika meninggal” (Al-Hadist). Hadist ini menjelaskan betapa pentingnya anak, oleh karenanya perhatikannlah ia dan jagalah ia dengan baik, jangan biarkan ia tersesat, bimbinglah ia kejalan yang benar yang diridhai Allah dan Rasulnya, maka ganjaran kepada kita selaku orang tua adalah surga jannatun na’im. Wallahu Muafiq Ila Aqwami Thariq.
Penulis adalah Staff Pengajar PPMDH TPI M di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar